CERITA DEWASA SANG PENARI JALANAN SEXY DIPERKOSA

CERITA DEWASA SANG PENARI JALANAN SEXY DIPERKOSA

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA DEWASA SANG PENARI JALANAN SEXY DIPERKOSA, Hasrat-Bispak03 Semuanya orang didalamnya perlu bertarung serta berkorban supaya tidak tergusur, serta tidak semuanya jalan yang dapat dilewati itu terang-benderang…Izinkan saya bercerita cerita hidup saya. Nama saya Darmini, tetapi orang tidak banyak yang mengenali nama asli saya. Bapak dan Simbok panggil saya Denok, itu panggilan biasa buat anak wanita di daerah saya, namun maknanya gak sekedar itu. Denok  memiliki arti montok alias sintal, serta ternyata makna itu yang lebih dikenang banyak orang-orang di kehidupan saya di Ibu-kota. Zaman kecil saya dihabiskan di daerah, jauh dari Ibu-kota. Saya anak satu-satunya Bapak dan Simbok, satu keluarga petani penggarap yang gak berpunya. Sejak mulai kecil saya diajari menari oleh Simbok, sebab beliau sendiri waktu muda yaitu orang penari, dan kerap ditanggap jika ada acara di daerah. Sayang, kehidupan kami yang damai di daerah berhenti waktu satu hari saya serta Simbok temui Bapak menggantung diri. Nyatanya Bapak miliki banyak hutang karena edan judi, dan beliau tak sanggup membayar hutangnya itu. Kami terang sendu lantaran Bapak telah tidak ada, tetapi juga kebingungan sebab sekian hari selesai Bapak disemayamkan, kami ditendang dari rumah sebab rumah kami diambil agen judi yang berikan hutang ke Bapak. Kami gak miliki daerah tujuan, dan uang simpanan kami gak berapa. Simbok pada akhirnya ngotot membawa saya berpindah ke Ibu-kota cari penghidupan.

"Denok, kita nggak dapat apapun kembali di sini, di kota kita dapat mencoba mencari uang, moga-moga dari sana mendingan dibanding di sini," kata Simbok.

Saya hanya alumnus SMP, Simbok alumnus SD. Kami sama gak sadar hidup di Ibu-kota demikian beratnya. Melamar pekerjaan ke sana-kemari, gak diterima lantaran dirasa pengajaran kurang tinggi. Mencari kerja yang gak penting ijazah, rival begitu banyak. Selanjutnya sesudah cukuplah lama menyimak pelbagai peluang yang ada, Simbok memutus untuk manfaatkan keterampilan kami. 

CERITA DEWASA SANG PENARI JALANAN SEXY DIPERKOSA

Hanya modal busana dan perabotan yang kami membawa dari daerah, dan radio tape sisa serta kaset-kaset musik tradisionil yang kami membeli dari pasar loak dengan tersisa uang, awali kami berdua jadi penari jalanan.

Waktu gadis-gadis seumur saya yang di kota sedang bersiap ujian akhir SMA atau jalani tahun awalan kuliah, serta yang di dusun tunggu dijodohkan oleh orangtuanya, saya memulai jalani kehidupan anyar, menjual ketrampilan seni tari bersama Simbok. Mulanya kami berkeliling-keliling Ibu-kota, sekedar cari keramaian di mana kami dapat mendapat beberapa lembar rupiah buat bertahan hidup. Kami biasa mulai pagi-pagi, mendalami jalanan Ibu-kota buat cari beberapa orang yang pengen kami hibur dengan tarian kami. Rupanya tidak mudah pula cari uang melalui cara sebagai berikut, paling-paling yang kami peroleh hanya untuk makan kami berdua, satu atau kedua kalinya di hari itu. Dan tidak di seluruh tempat kami dapat mendapatkan pirsawan yang siap bayar, kadang kami malahan ditendang atau dihardik. Sesudah cukuplah lama, kami berjumpa tempat di mana kami dapat terus bisa pemirsa dan uang: satu pasar induk yang lumayan besar, serta lingkungan disekitarnya. Kami juga sewa satu kamar kontrak murah di dekat Pasar. Beberapa orang di Pasar, berasal dari golongan menengah ke bawah, haus selingan murah yang dapat membuat mereka ingat daerah masing-masing. Datangnya kami dari sana terus disongsong senyuman, tawa, serta helai-lembar uang yang kumal hasil perasan keringat mereka. Walau sering helai-lembar itu diserahkan kepada kami kurang santun umpamanya dengan diumpetkan ke busana kami. Apa saya serta Simbok memang memikat? Entahlah ya. Saya sendiri tidak terasa elok. Jadi anak petani yang kerap main di luar mulai sejak kecil, kulit saya jadi cukup gelap terbakar matahari. Tetapi Simbok  sejak dulu selalu mengarahkan dan mengingati saya buat menjaga badan kendati lewat cara simple, jadi kendati sawo masak, kulit saya selalu mulus dan tidak jerawatan ditambah lagi bopeng-bopeng lho. 

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Oh iya, barusan kan saya telah narasi makna nama panggilan saya, Denok. Ditimbang-timbang betul  sich bila disebut saya montok. Tidak tahu mengapa, biarpun rasanya dari kecil makanan saya bergizi ngepres, kok tetap tubuh saya bisa saja ya. Sebelumnya remaja saja tetek saya telah tumbuh, serta saat ini jadi subur gumebyur hingga saya selalu risau dengan kemben saya setiap kali menari. Pantat saya pula kuat karena sebab dibikin latihan olah badan dalam tarian. Ada yang omong bahenol, saya sich matur nuwun saja bila ada yang menganggapnya demikian. Terheran-herannya, walaupun atas bawah besar, tengahnya tidak turut besar, perut dan pinggang saya masih singset. Saya kira masih singset masalahnya sepertinya kelak tubuh saya bakal jadi seperti tubuh Simbok, tengahnya mulai ikut-ikutan lebar. Nach, bila Simbok itu benar-benar elok. Sampai usia begitu lantas beliau selalu elok. cerpensex.com Apa lagi apabila sudah gunakan sanggul serta dandan, wuihh. Semuanya orang nengok dan gak saksikan apapun kembali. Saya sendiri selalu berasa buruk lho kalaupun tampil bersama Simbok. Ah, namun sedunia hanya saya sendiri yang nganggap muka saya buruk. Kecuali Simbok, beberapa orang yang umum menonton kami menari kok semua omong saya elok. Saya pikirkan, ini sih pinter-pinternya Simbok merias saya saja. Waktu pertama didandani buat ngamen, saya protes, kok ribet benar-benar. Rambut harus disasak, disanggul, disunggar, gunakan tusuk dan kembang. Muka harus dibedaki tebal-tebal, hingga sampai berbeda warna dengan tubuh. Kemungkinan tinggal tahi lalat di pipi saya saja yang gak ketutupan. Alis saya yang udah tebal dibuat jadi tebal. Bibir pula diberikan gincu warna merah keren. Saya saat itu ngeluh,

"Kok telah seperti penganten saja, Mbok."

Simbok menjawab, "Yang bernama penari itu gak bisa biasa saja, nduk. Perlu kinclong, manglingi. Kita harus membikin puas yang lihat."

Lama-kelamaan saya biasa  pakai dandanan semacam itu, malahan saya menjadikan guyonan sama Simbok.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Kunjungi Juga : Pencuri Jackpot & Pemburu Hadiah

"Mbok, saya wis tiap hari tercipta penganten, nanti bila nikah betulan harus kayak apakah diriasnya?" Dandan muka yang tebal jadi sisi seragam kerja saya, seperti sama kemben, kain batik, dan selendang. 

Namun betul-betul yang bernama nasib itu jalannya gak ada yang mengetahui. 2 bulan kami tinggal di dekat Pasar, bencana tiba kembali. Waktu tengah nyebrang jalan, Simbok ketabrak mobil. Cidera kronis. Saya kuatir, beberapa orang di seputar beramai-ramai ngangkut Simbok ke rumah sakit. Tetapi Simbok tidak terselamatkan. Simbok wafat di rumah sakit seusai 2 hari dua malam usaha ditolong dokter di situ. Sesungguhnya semenjak ketabrak  Simbok telah tak ada asa, namun tidak tahu mengapa beliau lama sekali wafatnya. Sekaratnya hingga sampai sepanjang hari. Hingga tidak sampai hati saya memandangnya. Kala itu ada yang bisik-bisik, barangkali Simbok pasang susuk, sebab itu kematiannya sulit. Orang kok sampai hati ya bicara semacam itu. Namun apa itu betul atau tidak, saya tidak ingin tahu, biarkan itu dapat menjadi rahasia Simbok. Saya selanjutnya sendirian di Ibu-kota, seperginya Simbok. Ditambahkan lagi, uang habis untuk mbayar rumah sakit dan penyemayaman, jadi harus berutang kemanapun. Saya gak sanggup melaksanakan acara jenis-jenis buat Simbok, cuma dapat doakan sendiri mudah-mudahan roh Simbok dapat tenang di alam sana dan berjumpa kembali dengan Bapak. Satu minggu lebih saya di sewaan saja sebab begitu berduka. Barangkali setiap hari saya menangis, bersusah-hati ingat Simbok, pun kesepian. Pada akhirnya saya memaksakan diri buat keluar kembali, ngamen kembali, karena uang telah habis dan saya pun perlu menghadapi beberapa tukang tagih hutang yang tidak mau tahu kesusahan saya . Maka, 1 minggu sehabis Simbok disemayamkan, saya kembali bersiap untuk keluar, menari. Dihadapan cermin saya tata rambut saya sendiri, saya pasang sanggul serta kembang, saya bedaki muka saya supaya tidak tampak beberapa bekas menangis, saya gunakan kembali kemben serta kain, saya sampirkan selendang di leher.

CERITA DEWASA SANG PENARI JALANAN SEXY DIPERKOSA

Ealah, cocok keluar kamar saya jadi berjumpa dengan ibu yang mempunyai sewa. Sang ibu tidak pakai basa-basi langsung tagih tunggakan dua bulan. Saya gak mempunyai uang, jadi saya cuman dapat katakan maaf, serta sang ibu malahan ngancam secara lembut. Gak apapun gak bayar, ujarnya, namun esok kamu keluar tempat saya. Haduh biyung, kok gak habis-habis ya rintangan untuk saya. Saya pengin upaya dahulu, kata saya, kelak bakal saya bayar. Hari itu saya pergi ngamen, usaha mencari uang buat hidup.

Apesnya, hari itu pasar cukup sepi, serta selepas dua jam saya anyar bisa Rp5000 setelah menari di pangkalan ojek. Saya tidak dapat fokus, kepala sarat dengan pemikiran, bagaimana metodenya biar kelak bila pulang sudah memiliki cukup uang buat bayar kontrak. Belum hutang-hutang yang lain. Saat siang, saya tengah jalan di barisan toko toko besar dari sisi Pasar. Dan di muka toko beras terbesar di Pasar, saya lihat Juragan lagi hitung segepok uang. Beliau barusan terima banyak uang, ternyata ada orang yang habis mborong. Saya kala itu cuman tahu beliau jadi ‘Juragan'. Beliau pemilik toko beras yang besar itu. Beliau udah tua, lebih tua dibanding Simbok, barangkali umurnya udah 50 atau 60 tahun. Kepalanya nyaris botak, rambutnya tipis beruban, kumis serta jenggotnya jarang. Tubuhnya besar serta perutnya gemuk. Sekali kedua kalinya saya dan Simbok pernah menari di muka tokonya, dan pegawai-pegawainya memberinya kami uang namun beliau tak. Namun beliau pernah pinjamkan uang ke Simbok, serta Simbok sempat mengembalikannya. Saya beranikan diri hampiri Juragan. Ia sendirian di muka toko, sementara anak buahnya repot dalam serta berada di belakang. Tokonya tengah sepi, tak ada konsumen.

"Juragan," pinta saya. "Anu… saya…"

Juragan lihat saya dengan acuh. "Ada apakah, Denok?"

"…saya… saya…" Duh, saya gak kuat bilangnya. Namun saya harus katakan. "…saya bisa pinjam uang, Juragan? Uang saya udah habis untuk cost penguburan Simbok…

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

saat ini saya perlu bayar sewaan dua bulan…"

"Hah?" Juragan menyaksikan saya dengan aneh, "Kamu butuh uang?"

"Tolong, Juragan," saya minta kembali, "Saya telah ditagih, ini hari harus ada, atau saya ditendang. Saya janji akan balikkan selekas mungkin."

Eh, kok Juragan langsung menyimpan segepok uang baru saja ia hitung-hitung.

"Denok," kata beliau dengan dingin, "Saya ini pedagang, bukan tukang memberikan hutang. Kamu penting uang? Kerja sana. Atau kamu berjualan saja." 

"Saya saat ini pula kembali kerja, Juragan," saya dongkol tetapi tak berani menunjukkan; kayaknya Juragan tidak ingin pinjamkan uang. "Sekedar ngerinya saya tidak dapat dapat uang ini hari buat membayar sewaan. Kalaupun berjualan, saya tidak punyai apapun, harus jual apa?"

Tetapi terus tatapan Juragan kok berganti menjadi aneh… Beliau dekati saya serta memeluk saya. Tangannya yang besar itu menggenggam pundak saya.

"Siapa ngomong kamu tidak punyai apapun?" bisiknya. "Tubuh kamu bagus, Denok. Saya pengin kok mbayar buat itu." Beliau tarik badan saya merapat ke tubuhnya, sampai pipi saya melekat dari sisi dadanya yang gendut.

"Ihh?!" saya terkejut dengar bisikan Juragan itu. Duh, inikah yang bernama bisikan iblis? "Tubuh… saya?" Bisikan Juragan lagi terngiang di kepala saya. Bergidik bulu-bulu kuduk saya memikirkan apa tujuannya itu.

"Bila kamu pengin, Denok, saya lunasi bill kontrakanmu yang 2 bulan itu sekaligus mbayar untuk bulan depannya," bisik Juragan kembali.

Duh, biyung, saya perlu bagaimana? Saya butuh uang, namun apa harus melalui cara sebagai berikut? Namun jika gak, bagaimana kembali? Yang ada saya bakalan ditendang, nggelandang, dan…ujung-ujungnya sama juga. Saya tidak miliki alternatif lain…

"…mau, Juragan…" saya berbisik, lirih sekali hingga tidak terdengaran. Kalaupun saja tidak ketutupan bedak, barangkali telah nampak muka saya berganti merah seperti cabai.

Juragan tertawa, tubuhnya yang gemuk itu hingga sampai terbuncang-guncang. "Bagus, Denok. Marilah turut saya. Kamu ikutin saja kataku, kelak kubayar kamu, ya?"

CERITA DEWASA SANG PENARI JALANAN SEXY DIPERKOSA

Lantai atas toko beras itu rumah Juragan. Juragan bawa saya naik tangga dari sisi toko, masuk ke tempat tinggalnya. Juragan nyatanya tinggal sendirian. Saya ingin tahu, apa Juragan gak mempunyai istri? Kami masuk rumah Juragan. Saya selalu menyaksikani lantai, tidak berani membawa kepala, namun sesekali saya ngintip ke sana-kemari menyaksikan kondisi.

Juragan ternyata tinggal sendirian di atas tokonya. Ada poto tua yang memperlihatkan Juragan dengan seseorang wanita—istrinya kah? Juragan menggamit tangan saya masuk ke satu kamar. Ruangan tidurnya. Ia suruh saya duduk di tempat tidur. Saya duduk, sembari tundukkan kepala. Juragan berdiri di muka saya, mempelajari sekujur badan saya. Ia sentuh dagu saya, sembari omong,

"Denok, angkat kepalamu, saksikan saya." Saya nurut. Barangkali ia saksikan mata saya ketakutan 1/2 mati.

"Membuka kembenmu," tuturnya.

Ia simpan selembar uang Rp50.000 dari sisi saya. Saya melihat, lihat uang itu. Besar sekali untuk saya. Kebanyakan sepanjang hari menari saya tak pernah mendapat uang sejumlah itu. Namun saya masih kuatir. Juragan mendadak ingin ambil kembali uang itu.

"Bila tak mau ya telah," tuturnya dengan suara kurang puas.

Namun saya tahan uang itu dengan tangan saya, lalu saya ngangguk. Haduh, Simbok, Bapak, maafkan saya. Saya terlepas ikatan kemben di punggung saya, lalu perlahan-lahan saya urai belitan kain kemben merah yang membebat tubuh saya. Sesuai tinggal selembar belitan yang tutup tetek saya, saya jadi malu, dan saya tahan selembar itu dengan lengan saya. Juragan tersenyum menyaksikan saya.

"Wahh…susu kamu besar, ya? Membikin orang gairah ajah…" saya tonton Juragan nyengir lebar selesai bicara itu. sumpah, anyar ini kali ada lelaki terbuka ngaku sesuai itu.

Helai uang lima puluh ribu baru saja disimpan Juragan di sisi saya ia mengambil, lipat, lalu ia berikan ke… aduh! Ia berikan ke belahan dada saya!

"Itu untuk kamu, Denok," ujarnya. Duh, tidak yakin rasanya. 

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Awal mulanya saya dan Simbok perlu menari sepanjang hari, hingga pegal-pegal, buat dapat duit kurang dari 5 puluh ribu. Tapi… saat ini saya memperoleh uang sekitar itu … kok ringan sekali?

"Betulan buat saya…?" Masih tak yakin, saya bertanya kembali.

"Iya… asal kamu membuka segalanya," kata Juragan sembari menyeringai. "Tubuh kamu bagus, Denok. Montok… bahenol…"

Duh, apa artinya itu? Apa Juragan senang dengan badan saya? Seumur-umur belum sempat ada orang yang omong itu ke saya… Jantung saya deg-degan dengarnya. Juragan menarik kain kemben yang ditahan tangan saya, dan kainnya melesat demikian saja tiada saya tahan. Saya masih tutupi gunung kembar saya dengan ke-2  tangan. Aduh… malu sekali rasanya, telanjang di muka orang lain…Tapi saya dapat peroleh uang…

"Nach, Denok, saat ini membuka kainnya, ya?" saat ini Juragan memohon saya membuka  kain batik coklat yang saya gunakan.

Karena kemungkinan barusan saya malu serta pelan satu kali membuka kemben, Juragan dekati saya serta menyibak kain batik saya. Saya seketika mundur, namun tangan Juragan lalu menggenggam bahu saya.

"Tidak boleh takut, Denok…" tuturnya.

Juragan  menggenggam paha saya masih yang beberapa tertutup kain batik. Ia remas sedikit paha saya. Suara "Eihh" keluar mulut saya, malu sebab sentuhan Juragan. Tangannya lalu nyelip ke bawah kain saya! Kulit tangan Juragan bergesekan dengan kulit paha saya, serta saya kian deg-degan. Ia selalu remas-remas paha saya. Saya nggigit bibir, takut keluar suara beberapa macam dari mulut saya. Tangan satunya lagi nyibak kain saya, sampai ke dekat pinggang… Duh, biyung, lagi diapakan saya ini? Kain saya tinggal nyangkut di pinggang saja, sementara ke-2  kaki, betis, dengkul, hingga sampai paha saya udah dikeluarkan dari balutnya, sedikit kembali kancut saya nampak!

"Rebah saja, Denok!" suruh Juragan.

Saya nuruti perintahnya, perlahan-lahan saya rebahkan tubuh atas saya. Ke-2  tangan saya masih tetap nutupi sepasang tetek saya. 

CERITA DEWASA SANG PENARI JALANAN SEXY DIPERKOSA

Sanggul yang belum saya lepas (apa semestinya saya lepas pula?) ngganjal belakang kepala saya. Serta sekalian saya rebah itu, tangan Juragan berlaga sangkutan paling akhir kain saya di pinggang. Aduhhh biyung. Ke-2  tangan saya buat pekerjaan: satu membentang di muka dada, satu turun ke bawah nutupi kancut saya.

Saya ragu, tetapi gak tahu mengapa, saya pun kok merasa hasrat saya bangun? Aduh? Kok ini jadi? Juragan tak henti menyaksikan sekujur badan saya, sembari memberi pujian.

"Mari donk, tidak mesti tertutupin," kata Juragan. "Tanganmu disingkirin donk? Denok, kalaupun kamu pengen kupegang, kutambah dua puluh ribu, ya…

Ke-2  tangan saya digenggam Juragan, lalu perlahan-lahan dimasukkan dari sisi tubuh saya. Duh, bubar dech pertahanan saya. Saat ini susu saya tidak ada yang tutupi. Saat ini kancut saya nampak.

"Euh… Juragan… pengen pegang?" kata saya kebingungan. "Ja… jadi saat ini tujuh puluh ribu?"

BERSAMBUNG....

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama